Kecelakaan yang menewaskan istri Saipul Jamil masih menjadi buah bibir, empat hari kemudian disusul kecelakaan travel dengan enam korban tewas di KM 93+100, menguatkan anggapan jalur angker untuk tol ini.
Keluar dari Kota Bandung melalui pintu Tol Pasteur, pengguna tol Cipularang akan langsung berhadapan dengan kontur naik turun yang terus bergantian. Tapi, rute sampai dengan kilometer 100 bukanlah persoalan. Takhayul, kecelakaan, dan berbagai debat pendapat adalah untuk ruas setelah kilometer 102.
Mulai di angka 102, �tipuan� Tol Purbaleunyi mulai terasa. Jalur melandai turun tanpa terasa. Tapi, ini masih pemanasan. Karena, jalur yang bisa melenakan pengendara mobil itu baru dimulai di kilometer 98 setelah sempat melewati dua kilometer tanjakan kecil.
Sekitar sepuluh kilometer sejak kilometer 98, para pengendara harus berhadapan dengan jalur landai menurun tanpa henti.
Tantangan terbesar adalah gaya sentrifugal jalur ini. Selain menurun, jalur tersebut juga melingkar dengan kemiringan jalan tertentu, ibarat mengitari sebuah pusat lingkaran. Tak hanya satu arah, kelokan bergaya sentrifugal ini setidaknya berkelok tiga kali dalam track panjang.
Jeda sejenak didapatkan di kilometer 89-88. Tapi, rute serupa sebelum jeda, kembali ditemukan sampai bertemu ruas cukup datar di kilometer 83-82, dengan sedikit variasi tanjakan dan turunan pendek. Ruas jalan Tol Purbaleunyi ke arah Jakarta baru benar-benar menanjak di kilometer 77.
Sesudah kilometer 77, tantangan berubah menjadi jalan bergelombang yang lebih terasa daripada ruas lain. Terutama di kilometer 70 di jalur kiri. Bila ada kendaraan berjalan pelan di sisi kanan �dan tak jarang ditemui di tol ini- kemudian ada kendaraan yang lebih cepat mendahului dari jalur kiri, potensi kaget sangat besar. Karena, mobil benar-benar bergoyang saat melintasi ruas itu.
Keluar dari Kota Bandung melalui pintu Tol Pasteur, pengguna tol Cipularang akan langsung berhadapan dengan kontur naik turun yang terus bergantian. Tapi, rute sampai dengan kilometer 100 bukanlah persoalan. Takhayul, kecelakaan, dan berbagai debat pendapat adalah untuk ruas setelah kilometer 102.
Mulai di angka 102, �tipuan� Tol Purbaleunyi mulai terasa. Jalur melandai turun tanpa terasa. Tapi, ini masih pemanasan. Karena, jalur yang bisa melenakan pengendara mobil itu baru dimulai di kilometer 98 setelah sempat melewati dua kilometer tanjakan kecil.
Sekitar sepuluh kilometer sejak kilometer 98, para pengendara harus berhadapan dengan jalur landai menurun tanpa henti.
Tantangan terbesar adalah gaya sentrifugal jalur ini. Selain menurun, jalur tersebut juga melingkar dengan kemiringan jalan tertentu, ibarat mengitari sebuah pusat lingkaran. Tak hanya satu arah, kelokan bergaya sentrifugal ini setidaknya berkelok tiga kali dalam track panjang.
Jeda sejenak didapatkan di kilometer 89-88. Tapi, rute serupa sebelum jeda, kembali ditemukan sampai bertemu ruas cukup datar di kilometer 83-82, dengan sedikit variasi tanjakan dan turunan pendek. Ruas jalan Tol Purbaleunyi ke arah Jakarta baru benar-benar menanjak di kilometer 77.
Sesudah kilometer 77, tantangan berubah menjadi jalan bergelombang yang lebih terasa daripada ruas lain. Terutama di kilometer 70 di jalur kiri. Bila ada kendaraan berjalan pelan di sisi kanan �dan tak jarang ditemui di tol ini- kemudian ada kendaraan yang lebih cepat mendahului dari jalur kiri, potensi kaget sangat besar. Karena, mobil benar-benar bergoyang saat melintasi ruas itu.
Di ujung kekagetan tersebut, Tol Purbaleunyi bertemu dengan Tol Cikampek di kilometer 67+600. Jalur berkelok, naik turun, dan �menipu� pun usai.
Silahkan tinggalkan komentar anda, baik saran atau kritik. Satu Komentar sangatlah berharga asalkan jangan nyepam