Bayi berbadan satu tapi berkepala dua ini merupakan anak kedua dari pasangan Tuan A (30) dan Ny T (30) warga Kampung Cilengkar RT 2 RW 12 Desa Karyalaksana, Kecamatan Kabupaten Bandung, dekat dengan perbatasan Garut.
Kepala Humas RSHS dr Tengku Djumalasari menjelaskan, bayi berkepala dua itu rujukan dari RSUD Majalaya. Di rumah sakit ini, bayi yang memiliki bobot 4,3 kilogram itu lahir melalui proses operasi caesar pada 20 September 2011.
Bayi yang belum diberi nama itu masuk ke instalasi gawat darurat RSHS Rabu 21 September kemarin pukul 12.30 WIB. Lalu masuk ke ruang khusus perawatan bayi (NICU RSHS) pukul 13.24 WIB.
"Jadi dalam usia satu hari, bayi dirujuk ke sini," terang dokter yang akrab disapa Mala, di RSHS, Kamis (22/9/2011).
Menurutnya, bayi berkepala dua tersebut temasuk kembar siam. Saat ini kondisi bayi cukup sehat dan stabil. "Dua kepalanya juga aktif. Stabil," tuturnya.
Menurutnya, kasus bayi kembar siam ini termasuk sangat spesial. Terakhir kali RSHS menangani kasus serupa pada tahun 90-an meski akhirnya meninggal. Sebelumnya, RSHS juga menangani bayi kembar siam Wanda-Wandi yang hingga kini masih dirawat untuk menjalani operasi pemisahan.
"Kasus ini termasuk sangat spesial. Jadi kami masih memeriksanya secara intensif oleh beberapa dokter spesialis," ujarnya
Mala melanjutkan, proses kelahiran bayi berkepala dua memakai fasilitas melalui Jaminan persalinan (Jampersal) Pemerintah. Bayi lahir dari keluarga kurang mampu yang orang tuanya kerja serabutan.
Namun, RSHS belum bisa memberi keterangan rinci mengenai orang tua dan kondisi bayi. "Sampai saat ini, orang tua bayi belum bisa memberi izin apakah anaknya bisa diekspose karena mereka harus diskusi dengan keluarga besarnya. Maklum orang Timur dalam memutuskan kan perlu diskusi dengan keluarga istri dan suami," paparnya.
Selain itu, keterangan medis seputar bayi berkepala dua juga masih terbatas. Dokter yang menangani bayi berkepala dua adalah dr Abdurachman, menurut Mala, belum bisa memberi banyak keterangan.
"Secara medis kami belum bersedia beri keterangan rinci, masih menunggu pemeriksaan masing-masing subspesialis terkait misalnya bedah anak dan ahli torak. Pemeriksaan belum selesai dan harus melewati rangkaian pemeriksaan yang panjang," bebernya.
Mala menambahkan, tidak menutup kem
Silahkan tinggalkan komentar anda, baik saran atau kritik. Satu Komentar sangatlah berharga asalkan jangan nyepam