Alat kejut listrik yang lebih dikenal dengan sebutan stun gun kini banyak dicari pembeli menyusul maraknya aksi pemerkosaan di Jakarta. Pusat perbelanjaan Harco Glodok merupakan salah satu tempat di Jakarta yang menyediakan alat perlindungan diri tersebut.
Seorang penjual stun gun, Haryo, mengaku penjualan alat perlindungan diri itu semakin meningkat sejak awal bulan September. "Makin banyak yang beli karena kasus pemerkosaan itu. Sehari bisa lepas sepuluh stun gun ke pembeli," kata Haryo, Senin, 19 September 2011.
Selama enam tahun berjualan di Harco Glodok, Haryo menjual dua jenis senjata perlindungan diri, yakni stun gun dan semprotan merica. Namun stun gun-lah yang paling populer di kalangan pembeli. "Lebih banyak yang mencari stun gun dibanding semprotan merica."
Sebelum marak kasus pemerkosaan, Haryo hanya bisa menjual satu hingga dua stun gun. "Sering juga dalam sehari tidak ada yang beli stun gun," ujarnya.
Stun gun terdiri atas beberapa ukuran dan tingkat kekuatan listriknya. Dari bentuk kotak hitam biasa hingga berupa telepon genggam atau tongkat seperti milik satpam. Untuk stun gun berbentuk telepon genggam, kekuatan listriknya sekitar 2.000 volt, stun gun kotak hitam berkekuatan 2.800 volt, dan tongkat stun gun beraliran listrik di atas 2.800 volt. "Efek kejutnya beda-beda tapi semuanya bisa membuat orang yang terkena pingsan," kata Harco.
Stun gun berupa kotak hitam, lanjut dia, ditawarkan dengan harga Rp 150 ribu. Sedangkan stun gun telepon genggam dijual dengan harga pembuka Rp 200 ribu dan Rp 350 ribu untuk stun gun tongkat. "Tapi boleh menawar, Rp 80 ribulah untuk yang warna hitam," ujar dia.
Samidi, penjual senjata pertahanan diri lainnya, menjelaskan bila stun gun berukuran kecil lebih banyak diminati remaja perempuan dan ibu-ibu. Sedangkan untuk ukuran besar lebih banyak dicari kaum laki-laki. "Kemarin ada juga bapak-bapak beli yang ukuran kecil, tapi untuk anak perempuannya," katanya.
Aliran listrik stun gun, lanjut Samidi, didapat dari baterai yang bisa diisi ulang. Hanya dengan mengisi baterai dengan aliran listrik selama dua jam senjata bela diri itu bisa digunakan selama dua bulan.
Seorang pembeli, Nancy Silaen, menceritakan telah membawa stun gun di dalam tasnya selama satu tahun terakhir. Ketika membawa stun gun, Nancy merasa lebih percaya diri saat bepergian. "Sepertinya jadi berani, apa lagi kalau keluar malam," kata Nancy sambil memilih stun gun yang akan dibelinya untuk sang adik.
Meski belum pernah menggunakan stun gun itu dan merasa cukup repot menaruhnya di dalam tas, dia tidak pernah meninggalkannya. "Tetap dibawa karena cukup berpengaruh ke sugesti diri," kata Nancy.
Seorang penjual stun gun, Haryo, mengaku penjualan alat perlindungan diri itu semakin meningkat sejak awal bulan September. "Makin banyak yang beli karena kasus pemerkosaan itu. Sehari bisa lepas sepuluh stun gun ke pembeli," kata Haryo, Senin, 19 September 2011.
Selama enam tahun berjualan di Harco Glodok, Haryo menjual dua jenis senjata perlindungan diri, yakni stun gun dan semprotan merica. Namun stun gun-lah yang paling populer di kalangan pembeli. "Lebih banyak yang mencari stun gun dibanding semprotan merica."
Sebelum marak kasus pemerkosaan, Haryo hanya bisa menjual satu hingga dua stun gun. "Sering juga dalam sehari tidak ada yang beli stun gun," ujarnya.
Stun gun terdiri atas beberapa ukuran dan tingkat kekuatan listriknya. Dari bentuk kotak hitam biasa hingga berupa telepon genggam atau tongkat seperti milik satpam. Untuk stun gun berbentuk telepon genggam, kekuatan listriknya sekitar 2.000 volt, stun gun kotak hitam berkekuatan 2.800 volt, dan tongkat stun gun beraliran listrik di atas 2.800 volt. "Efek kejutnya beda-beda tapi semuanya bisa membuat orang yang terkena pingsan," kata Harco.
Stun gun berupa kotak hitam, lanjut dia, ditawarkan dengan harga Rp 150 ribu. Sedangkan stun gun telepon genggam dijual dengan harga pembuka Rp 200 ribu dan Rp 350 ribu untuk stun gun tongkat. "Tapi boleh menawar, Rp 80 ribulah untuk yang warna hitam," ujar dia.
Samidi, penjual senjata pertahanan diri lainnya, menjelaskan bila stun gun berukuran kecil lebih banyak diminati remaja perempuan dan ibu-ibu. Sedangkan untuk ukuran besar lebih banyak dicari kaum laki-laki. "Kemarin ada juga bapak-bapak beli yang ukuran kecil, tapi untuk anak perempuannya," katanya.
Aliran listrik stun gun, lanjut Samidi, didapat dari baterai yang bisa diisi ulang. Hanya dengan mengisi baterai dengan aliran listrik selama dua jam senjata bela diri itu bisa digunakan selama dua bulan.
Seorang pembeli, Nancy Silaen, menceritakan telah membawa stun gun di dalam tasnya selama satu tahun terakhir. Ketika membawa stun gun, Nancy merasa lebih percaya diri saat bepergian. "Sepertinya jadi berani, apa lagi kalau keluar malam," kata Nancy sambil memilih stun gun yang akan dibelinya untuk sang adik.
Meski belum pernah menggunakan stun gun itu dan merasa cukup repot menaruhnya di dalam tas, dia tidak pernah meninggalkannya. "Tetap dibawa karena cukup berpengaruh ke sugesti diri," kata Nancy.
Silahkan tinggalkan komentar anda, baik saran atau kritik. Satu Komentar sangatlah berharga asalkan jangan nyepam